Kenali Gejala Konstipasi pada Anak

Posted by blas 0 komentar
Konstipasi atau sembelit tidak hanya bisa terjadi pada orang dewasa, tapi juga anak. Pada bayi, rasa tak nyaman kerap membuat mereka rewel.

DR Eva Jeumpa Soelaeman, Sp. A. (K) dari RS Harapan Kita, mengatakan bahwa secara umum ada dua penyebabnya: kelainan fungsional dan kelainan organik.

Apabila konstipasi terjadi terus menerus, itu artinya terapat kelainan pada usus, anus, maupun saraf usus. Jika itu yang terjadi, artinya anak menderita kelainan organik, dan harus diobati sesuai dengan kelainan yang diderita.

Namun konstipasi juga bisa disebabkan kelainan fungsional. Seperti perubahan pola makan, diet kurang serat, bakteri dalam usus yang tidak seimbang, posisi BAB yang salah, motilitas usus terganggu, sampai obat-obatan.

Yang sering terjadi pada bayi, biasanya akibat perubahan pola makan, adanya pergantian dari ASI eksklusif ke makanan pendamping ASI (MPASI). Kemungkinannya, MPASI tidak mengandung cukup serat sehingga pencernaan bayi sulit beradaptasi.

Sedangkan anak-anak yang mulai suka bermain, seringkali menahan buang air besar sehingga kotoran menumpuk. Pada akhirnya, jika anak terus menahan akan menjadi kebiasaan dan jadi susah buang air besar.

Membiarkan konstipasi bisa menyebabkan nyeri dan luka pada anus. Membuat anak trauma buang air besar, dan lebih memilih menahannya. Bahaya lainnya, anak bisa terkena infeksi saluran kencing, suka mengompol, dan cepirit tanpa terasa karena tekanan kotoran yang membusuk dalam perut, keluarnya sebagian atau seluruh dinding rektum, sampai berbagai sindrom penyakit lain seperti feses yang mengandung lemak.

Untuk itu, Anda harus segera meyadari saat anak mulai menunjukkan gejala konstipasi. Apa saja yang dapat dilihat sebagai gejala konstipasi pada anak?

1. Frekuensi BAB jarang Untuk bayi normal yang baru lahir, dalam sehari bisa BAB sebanyak lima kali. Usia dua bulan, frekuensinya menurun menjadi dua kali per hari. Menginjak usia empat tahun, anak akan BAB satu kali per hari. Namun, jika anak tidak BAB sesuai frekuensi normal ini, tidak lantas ia dapat dikatakan menderita konstipasi. Itu terjadi jika frekuensi BAB anak dalam seminggu kurang dari dua kali.

2. Tinja besar dan keras Salah satu citi konstipasi lainnya, bentuk tinja besar dan keras. Menurut konsistensi normal, bentuk tinja bayi baru lahir berupa cairan. Saat usianya mencapai empat bulan, konsistensi tinja mulai memadat, bentuknya seperti odol.

Setelah disapih, bentuk tinja pada anak seperti orang normal, yakni berbentuk pisang. Jika menderita konstipasi, bentuk tinjanya akan besar dan keras. Namun, jika tinja itu mudah keluar dan frekuensinya normal, maka tidak dapat disebut gejala konstipasi.

3. Sakit saat BAB Karena tinja yang besar dan keras, biasanya terjadi karena anak terlalu lama menahannya, maka saat BAB akan terasa sakit. Bisa jadi anus juga ikut nyeri atau luka, sehingga menimbulkan trauma pada anak. Kesempatan berikutnya, ia takut BAB dan justru menahan kotoran lebih lama lagi.

4. Mengejan Mengejan bisa menjadi gejala konstipasi, jika proses mengejannya lebih dari 25 persen fase BAB. Jika sudah mengejan lebih dari 10 menit dan kotoran masih susah keluar, ini tandanya anak Anda menderita konstipasi.

Sebelum konstipasi berakibat lebih fatal pada anak Anda, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter jika Anda menemukan gejala-gejala di atas terjadi pada anak.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Kenali Gejala Konstipasi pada Anak
Ditulis oleh blas
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://tempat-cari-jodoh.blogspot.com/2012/05/kenali-gejala-konstipasi-pada-anak.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.

0 komentar:

Posting Komentar

Redesigned by Info Terbaru Original by Bamz | Copyright of tempat cari jodoh. Untuk SEO lebih lanjut kunjungi Trik SEO terbaru.